Dari Sang Kakak

Menunggu itu waktu yang sangat membosankan. Apalagi ini masalah perasaan. Sepertinya ku tak sanggup lagi menahan perasaan ini. Aku memutuskan untuk menanyakan hal ini lagi kepadanya. Dan jawabannya pun sama. Dia lebih menganggap aku seperti saudara kandungnya. Waktu itu aku merasa sangat terpukul, bahkan sempat terlintas di benakku bahwa aku harus mencari seseorang lain, aku harus benar-benar mengikhlaskannya. Namun itu tak segampang yang ku kira, semuanya serba sulit, di dalam pikiranku hanya dia, dia dan dia. Semua orang pun mungkin akan mengerti, jika mereka tahu bahwa sudah bertahun-tahun ku pendam perasaan ini, sejak sebelum aku diterima di Universitas terfavorit di jogja. Dia adalah salah satu motivatorku kenapa aku bisa kuliah di sini. Aku masih sangat ingat ketika dia membayang-bayangi pikiranku di saat aku mulai pesimis karena kepandaianku yang sangat terbatas. Dia selalu hadir dalam pikiranku, dalam hatiku berkata, jika aku diterima kuliah di Jogja, pasti aku akan semakin dekat dengannya. Itu lah yang selalu menggugah semangatku. Sehingga mulai saat itu ku merasa memiliki semangat baru dan Alhamdulillah sekarang bisa kuliah di Universitas terbaik ke-316 dunia ini.

Kadang, aku merasa malu kepada diriku sendiri, kenapa aku harus berkali-kali mengungkapkan perasaan ini, padahal sudah jelas jawabannya. Tapi, ku tak berdaya ketika perasaanku kepadanya mengalahkan semua itu. Aku seperti sedang mencari satu kata saja, "Iya". Aku hanya bisa berharap dia dapat mengerti dan membuka sedikit kesempatan agar aku dapat sekedar membuktikan perasaanku kepadanya. Aku masih berharap dia jadi pendampingku kelak! Aamiiin...